Jurnalis: Suparmin
Blora, PANI News.- Sejarah Sunan Ngudung menjadi Panglima Perang Kerajaan Demak saat itu, yang diceritakan oleh Kyai Al Hafidz Arifin dari Desa Ngloram, yang pernah membaca Kitab Ahla Musamaroh Karya Syekh Abu Fadhol Senori Tuban, pada 13/3/2025.
"Sayyid Ustman Haji (Sunan Ngudung) saudara Haji Ustman, adalah putra Sayyid Raja Pendito, beliau menikah dengan seorang perempuan bernama Dewi Sari Binti Raden Syukur Bin Arya Teja, beliau menjadi seorang Imam bagi penduduk Jipang Panolan, dan beliau tinggal di sebuah desa bernama Ngudung (saat ini Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah) dan menempuh jalan para Wali, mengesampingkan urusan duniawi, dan senantiasa riyadah semata mata untuk beribadah hingga menjadi Wali yang dikenal dengan nama Sunan Ngudung.
Dari hasil pernikahan beliau (Sunan Ngudung) dengan Dewi Sari, memiliki dua orang putri dan putra, yang ke 1. Sujinah dan yang ke 2. Amir Haji (Sunan Kudus).
Sampai pada suatu ketika, setelah hasil musyawarah para Wali Jawa, setelah pemakaman Sayyid Rahmat (Sunan Ampel), yang dipimpin oleh Raden Paku (Sunan Giri), dalam musyawarah tersebut, terpilihlah Raden Patah yang menjadi Khalifah Islam dan Imam Kaum Muslimin, yang dilanjutkan Raden Patah kembali ke Demak dan mendirikan kerajaan". Ungkapnya.
Setelah itu, mengenai Sunan Ngudung atau Sayyid Ustman Haji menjadi Panglima Perang Kerajaan Demak, adalah hasil musyawarah yang di pimpin Raden Patah, dengan para Wali dan Tokoh Umat Islam, yang padat saat itu, Raden Paku mengatakan, 'Sesungguhnya yang paling pantas untuk menjadi Panglima Perang menurutku adalah Sayyid Ustman Haji'.
Kemudian Raden Patah, Para Wali dan Tokoh Umat Islam menyetujui serta mengangkat Amir Husain dan Amir Hamzah Bin Sayyid Muhsin mendampingi Ustman Haji, setelah musyawarah selesai, mereka mengumpulkan para prajurit mengorganisir pasukan, mempersiapkan persenjataan, dan segala hal yang diperlukan dalam Jihad, lalu mereka semua berkumpul di Demak". Tambahnya.