Notification

×

Iklan

Iklan

BRIGJEND KOPASSUS DARI MBAH NDORO KELURAHAN BALUN

Jumat, 19 Mei 2023 | 08.48 WIB Last Updated 2023-05-19T01:54:00Z


Jurnalis: Suparmin

Blora, PANI News.- Cerita Juru Kunci Situs Mbah Ndoro/Pangeran Anom/Penjaringan/Kyai Mbalun yang berada di Kelurahan Balun Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah, tentang Almarhum Brigjend Kopassus Sunarto pada 18/5/2023.




Juru Kunci Situs Mbah Ndoro Balun, Sugiyono atau Mbah Yon, kepada awak media, yang saat ditemui bersama salah satu tokoh masyarakat Kelurahan Balun yang bernama Nur Cholis dan Panglima Laskar Agung Macan Ali Kesultanan Cirebon Kabupaten Blora atau biasa disebut Panglima LMA Blora, yang juga Ketua Pasukan Adat Nusantara Indonesia (PANI) DPD I Provinsi Jawa Tengah, Suryono.

Mbah Yon bercerita selesai acara Rutinan Manaqib Syeh Abdul Qadir Al-Jaelani, Malam Jum'at Kliwon, dirumahnya "Dulu yang bangun Situs Mbah Ndoro ya Mas Narto (Almarhum Brigjend Sunarto), memang dulu adalah anggota dari Kopassus dengan Pangkat saat kejadian masih Mayor, setelah purna pangkatnya sudah Brigjend, dan merupakan salah satu pasukan yang ikut membebaskan sandera di Thailand". Ungkapnya.

Redaksi mencoba menelusur tentang kejadian kejadian penyanderaan di Thailand saat itu, kemudian terlihat berita yang diunggah, elshinta.com pada 31/3/2023 yang berjudul "OPERASI WOYLA KOPASSUS BUNGKAM MEDIA ASING"

"Kopassus melumpuhkan para teroris yang menyandera pesawat Garuda Indonesia DC-9 terjadi tepat hari ini 42 tahun yang lalu. Peristiwa ini juga dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla dan melambungkan nama Korps Baret Merah di dunia Internasional.

Berawal pada 28 Maret 1981, pesawat DC-9 Woyla milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan 48 penumpang dibajak 5 orang teroris.

Melansir elshinta.com, pesawat tersebut dibajak ketika dalam penerbangan dari Bandara Kemayoran menuju Bandara Polonia Medan. Saat itu pesawat yang transit di bandara Talangbetutu, Palembang baru saja lepas landas menuju Bandara Polinia, Medan. Pesawat kemudian dibelokkan menuju bandara internasional Penang, Malaysia.

Akhirnya pesawat mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand sehingga militer Indonesia bisa lebih leluasa melaksanakan operasi pembebasan sandera dengan cara mengirimkan pasukan khusus.

Tanggung jawab untuk mengirimkan pasukan khusus diberikan kepada Letkol Sintong Panjaitan yang menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda/Kopassus) dan disertai oleh tiga orang perwira menengah yang nantinya memimpin operasi di lapangan yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS.

Sejumlah sumber menyebut bahwa pasukan komando Indonesia belum memiliki pengalaman dalam menangani pembajakan pesawat. Apalagi, pembajakan Woyla merupakan peristiwa terorisme pertama dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

Mengingat kasus pembajakan DC-9 Woyla sudah diberitakan secara internasional di seputar Bandara Dong Muang ternyata sudah penuh dengan aparat keamanan Thailand dan wartawan dari berbagai media massa.

Televisi nasional Thailand bahkan menyiarkan perkembangan penyanderaan secara langsung dan kamera televisi terus mengarah ke pesawat DC-9 Woyla yang dijaga ketat tentara Thailand dengan formasi melingkar.

Semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.

Pukul 02.00 dini hari (31 Maret 1980) semua pasukan antiteror tiba-tiba dibangunkan dan harus bersiap untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.

Dalam kondisi segar karena cukup tidur semua pasukan bergerak menuju sasaran tapi dalam pergerakan santai tidak seperti pasukan komando agar tidak menarik perhatian.

Semua senjata pun tampak disembunyikan ketika para pasukan antiteror yang sedang membawa tangga untuk memasuki pintu pesawat malah berjalan lebih santai lagi.

Televisi nasional Thailand yang terus menerus memantau perkembangan di seputar pesawat yang dibajak malah berkomentar bahwa pergerakan semua pasukan antiteror seperti orang piknik (Sunday picnic).

Namun, operasi pembebasan yang dirancang sejak 28 Mei 1981 itu berlangsung sukses. Setelah mempelajari bagian pesawat DC 9 dan posisi pembajak, pasukan komando berhasil membebaskan pesawat berisi 48 penumpang dan 5 awak pesawat dalam waktu singkat. Pasukan komando hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk melumpuhkan 5 teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein.

Sedangkan menurut Nur Cholis, "Saya ikut Rutinan dulu, ya waktu masih ada Mas Narto waktu itu, terus karena padatnya aktifitas saya, dan Mas Narto juga tidak disini, baru sekarang bisa ikut lagi, sangat berbeda Rutinan dulu sama sekarang, sekarang terlihat lebih tersusun acaranya Mbah, terus kalau ingin buat tasyakuran, bawa sendiri atau disini sudah ada yang membuatkan". Tanya Nur Cholis.

Mbah Yon, pun menjawab,"Untuk pembuatan ambengnya bisa bawa sendiri, juga bisa pesan disini, karena jika pesan disini secara pembuatan dan resepnya berbeda, memang sederhana, tetapi resep yang biasa membuat disini adalah resep masakan yang sudah kami lestarikan secara turun temurun". Jelasnya.
×
Berita Terbaru Update