Notification

×

Iklan

Iklan

RATU JIPANG PANOLAN DALAM PENTAS WAYANG KRUCIL KHAS BLORA

Selasa, 25 April 2023 | 09.28 WIB Last Updated 2023-04-25T02:29:00Z

Laporan Redaksi 

Blora, Liputan langsung tentang Ratu Jipang Panolan dalam pentas Seni Wayang Krucil di Situs Mbah Mayrah Sorogo Kelurahan Ngelo Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah pada 24/4/2023.

Disela sela rapat persiapan Gladibersih yang akan dilaksanakan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora pada 25/4/2023, yang dilaksanakan dirumahnya, Dalang Ki Pasiran mengatakan, "Ratu Jipang Panolan harus selalu dimunculkan diakhir pementasan Seni Wayang Krucil, pada saat Damarwulan menjadi Prabu Brawijaya, yang saat itu posisi Ratu Kenconowungu masih berada di depannya, muncullah gambaran Ratu Jipang Panolan atau Wayang Mbah Mayrah/Ratu Ayu Mirah sebagai penanda berakhirnya pentas wayang krucil.

Setiap tahun, lakon tersebut selalu dipentaskan di Situs Mbah Mayrah Sorogo, dan hari yang digunakan untuk pentas harus hari Jum'at Pon, itu menurut tradisi yang ada.

Kunjungan Zuriah Pangeran Ratu Jayakarta di Situs Mbah Mayrah Sorogo

Dalam pementasan Ratu Jipang Panolan atau yang masyarakat setempat lebih mengenal Mbah Mayrah, ternyata belum lama ini, sekitar tanggal 19/3/2023, Situs Mbah Mayrah Sorogo mendapatkan kunjungan dari Yayasan Lembaga Pemangku Adat Jayakarta, bahwa Mbah Mayrah mempunyai nama lain Ratu Ayu Mirah, dan itu tercatat dalam Kitab Al-Fatawi milik Zuriah Pangeran Ratu Jayakarta.

Tamu tersebut mengatakan, dalam Kitab Al-Fatawi, sekitar tahun 1530, Pangeran Aryo Penangsang menjadi Adipati Jayakarta, dan mempunyai Putri bernama Ratu Ayu Mirah, ketika itu diajak pulang ke Jipang, dan tidak kembali lagi ke Jayakarta.

Selain itu juga menjelaskan bahwa Mbah Mayrah/Ratu Ayu Mirah merupakan Putri Arya Penangsang/Aryo Jipang Bin Raden Kikin Bin Sultan Fatah Demak Bin Prabu Brawijaya Kertabumi V.

Saya baru tahu, ternyata profesi yang sudah saya jalankan kurang lebih 55 tahun ini, menceritakan sejarah masa lalu yang sangat Istimewa". Ungkapnya.

Melalui, website.blorakab.go.id yang diunggah pada hari Selasa, 23.01.44.43.11-2021 tentang Seni dan Budaya menuliskan, "Wayang Krucil merupakan salah satu jenis pertunjukan Wayang yang ada di Indonesia, yang membedakan wayang krucil dengan wayang lainnya adalah Wayang Krucil menggunakan boneka wayang terbuat dari kayu berbentuk pipih. Wayang Krucil pada awalnya dicipatakan oleh Raja Brawijaya V (1315) dari kayu tipis (papan) dengan corak meniru gambar wayang beber, bercerita tentang Kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan, dan Singasari, sampai dengan Majalengka, yang dikenal dengan cerita Panji.

Menurut pendapat orang Blora pengertian Krucil dekat sekali dengan pengertian kecil, memang demikianlah kenyataannya wayang krucil Blora biasanya dibuat dari kayu yang rata-rata ukurannya kecil. Di dalam klasifikasi seni pertunjukan, wayang krucil Blora dapat digolongkan ke dalam kesenian klasik namun di dalamnya tercantum unsur-unsur kerakyatan yang serasi. Dari penggarapannya dapat diamati jejak garapan klasik seperti pembakuan cerita, bakak dan adegan, dialog tipologi wayang, iringan gamelan dan sebagainya. Di pihak lain terasa sekali adanya unsur-unsur garapan kerakyatan seperti spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan dan penuh humor yang pada hakekatnya merupakan gambaran pribadi orang Blora, yang menunjukkan ciri khas yang membedakannya dengan teater tradisional klasik lainnya, misalnya wayang kulit, wayang orangdan sebagainya.

Wayang krucil Blora sudah berkembang sebelum zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada zaman masih berdirinya Kadipaten Jipang Panolan di wilayah Blora bagian timur. Sedangkan cerita wayang krucil biasanya mengambil cerita Hikayat Amir Hamzah atau Lakon Menak yaitu zaman Nabi Muhammad SAW yang terkenal sebagai pahlawan penyebar agama islam. Dari istilah-istilah yang digunakan sering menggunakan kata yang berasal dari Bahasa Arab itu memberi gambaran bahwa wayang krucil pada zaman dulu pernah menjadi salah satu sarana dakwah Agama Islam di Jawa. Dalam masa itu rakyat Blora yang masih menggemari wayang krucil mengintegrasikannya dalam pandangan hidup mereka, sehingga berkembanglah fungsi-fungsi ritual, di samping fungsi tontonan untuk melepas dan mendatangkan berkah, menolak bencana, mendatangkan hujan dan lain-lain. Disamping memiliki ciri khas menggunakan laras pelog wayang krucil Blora juga memiliki ciri iringan srepeg krucilan". (Sumber : Ensiklopedi Blora Seri 7)
×
Berita Terbaru Update