Notification

×

Iklan

Iklan

SEJARAH SUNAN NGUDUNG DI DESA NGLORAM

Minggu, 27 November 2022 | 23.34 WIB Last Updated 2022-11-27T16:34:52Z

Jurnalis : Mutadik

Blora, PANI News.- Liputan Langsung Sejarah Sunan Ngudung di Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah pada 26/11/2022.


Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah yang ada di Desa Ngloram, Kyai Arifin, "Ini dari cerita turun temurun yang saya dengar dari orang tua terdahulu, untuk masalah pesarean, yang jelas adalah makamnya orang yang baik, orang yang dicintai oleh Allah, sebabnya apa, dulu sekitar abad 10 atau 11, ada kerajaan Wura Wari, tempatnya di Ngloram, itu imbang dengan jamannya Kahuripan, sebelum Majapahit, jadi abad 10 abad 11 ada Kerajaan Wura Wari dan dimana satu, rakyatnya sudah sangat sejahtera, Raja Wura Wari adalah Raja yang sangat bijaksana, dan membawa masyarakatnya adil makmur, sejahtera, dan agama saat itu Hindu, lantas beberapa tahun, mungkin beberapa ratus tahun setelahnya, namanya juga kerajaan, mungkin mengalami pasang surut, lah sampai masalah tidak adanya Kerajaan Wura Wari saya tidak tahu.

Setelah itu ada Kerajaan lagi di sekitar sini, yang terkenal dengan Kadipaten, namanya Kadipaten Jipang, Kadipaten Jipang itu ikutnya Demak Bintoro, Jipang saat itu, luasnya tidak hanya di Desa Jipang saat ini, mungkin 1 atau 2 Kecamatan, bahkan beberapa Kabupaten jika saat ini, hanya kita khusnudzon saja, mungkin saat itu dengan adanya Kerajaan Jipang, dan mungkin era saat itu era Islami, penduduk di sekitar wura wari pun melebur dengan damai, mungkin ikut Jipang atau bagaimana saya juga tidak tahu.

Adanya Wura Wari dan Jipang menyatu dengan damai, meskipun perbedaan istilahnya pemerintahan kerajaan.

Terus selanjutnya yaitu tentang Kadipaten Jipang, saat itu menjadi bawahannya Demak Bintoro yang menjadi Kesultanan, yaitu terjadi polemik dengan Majapahit, dan itu ada dalam kitab akhlalmustamaroh kitabnya mbah Fadhol.

Jelas disitu karena konflik, kita khusnudzon saja karena urusan politik menurut keyakinannya masing masing, setelah itu terjadi peperangan antara Majapahit dan Demak, saat itu Senopatinya adalah Raden Usman Haji, yang merupakan Bapaknya Sunan Kudus, atau yang terkenal dengan Sunan Ngudung.

Mungkin perang beberapa kali, dan pada saatnya, Raden Usman Haji Wafat, atau Gugur, di medan perang, antara Babad dan Mojokerto, jadi pertengahannya mana tidak tahu, mungkin diantara Babad dan Jombang, perangnya disitu dan Gugurnya juga di situ.

Terus Sunan Ngudung, itu karena beliau adalah ponggawa kerajaan, maka dibawa pulang jenazahnya, sampai ke Demak, juga ada kemungkinan, sebelum dibawa ke Demak, karenavmemang Sunan Ngudung itu menjadi penasehatnya Kerajaan atau Kadipaten Jipang, sangat erat sekali Sunan Ngudung dengan Jipang, maka sebelum perang Sunan Ngudung sering ke Jipang, karena menjadi penasehat di Jipang.

La makanya di sarehan ini, yaitu penasehat itu kalau sudah di Kerajaan atau di Kadipaten itu, tidak hanya sehari dua hari, jaman saat itu dua bulan tiga bulan, dan yang dilakukan seorang Wali seperti Sunan Ngudung adalah juga wiridan, atau tirakat dan sebagainya, tempatnya itu ya di Pesarean ini.

Ada dua kemungkinan, pertama memang gugurnya Sunan Ngudung di Babad, itu dibawa ke Demak, lah itu sebelum ke Demak, itu istirahat disini, karena sebuah penghormatan kepada orang orang Jipang, dan sangat berharap sebelum dibawa ke Demak di Sarekan disini (Ngloram) dulu, terus dibawa ke Demak, dimakamkan di siru.

Yang kedua adalah, karena seorang Wali, tirakatnya pun, ditempat manapun, tempat itu dikatakan keramat, seperti Sunan Bonang, ada tempat pasujudannya saja sudsh seperti itu.

Jadi kalau ini adalah sebagian mengatakan, makamnya Sunan Ngudung, itu juga ada kemungkinan, mungkin juga tidak sampai di Demak terus dimakamkan bukan disini juga bisa, yang kedua, karena orang dulu seperti wali dulu, entuk morine, entuk apane, kerandane itu merupakan berkah tersendiri.

Bahkan dimakomkan disitu saja berkah, yang jelas disini ada Sejarahnya Sunan Ngudung, entah Makamnya, Entah Kerandanya, atau pasujudannya, erat sekali dengan Sunan Ngudung, yang merupakan bapaknya Sunan Kudus.

Sampai Sunan Ngudung sedu, Sunan Kudus dekat sekali dengan Aryo Penangsang, jadi kita tidak khusnudzon baik yang namanya Wura Wari, maupun Kadipaten Jipang, Sunan Ngudung itu tetap Kerajaan terbaik , namanya saja membawa kebaikan, kesejahteraan, dan saya selama disini, dinamakan Pesarean, atau tempat peristirahatan." Ungkapnya.

Sedangkan menurut Suryono, Ketua Perkumpulan Jurnalis Indonesia Demokrasi Kabupaten Blora dan Ketua Pasukan Adat Nusantara Indonesia DPD I Provinsi Jawa Tengah, kepada Kyai Arifin, berpesan, "Jangan lupa pak Yai, untuk membuat rutinan seperti Yasin dan Tahlil disana, apalagi sudah tau banyak sejarah dan silsilah beliau". Ucapnya.

Kemudian langsung di jawab, "Njih Insta Allah, saya dan santri pondok saya Insya Allah akan rutinan tempat tersebut.

Diketahui, Kyai Arifin memang pengasuh satu-satunya pondok pesantren yang ada di Desa Ngloram dengan nama, Pondok Pesantren Al-Anwar, yang beralamat di Jalan Bengawan Solo Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah.
×
Berita Terbaru Update