Notification

×

Iklan

Iklan

SEJARAH KIRAB BANAWA SEKAR DAN SUNAN NGUDUNG DI DESA NGLORAM

Selasa, 22 November 2022 | 10.39 WIB Last Updated 2022-11-22T03:39:58Z

Laporan Redaksi

Blora, PANI News.- Jagong Budaya Sejarah Kirab Banawa Sekar dan Petilasan Sunan Ngudung yang berada di Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada, 19/11/2022.

Moderator dalam acara tersebut, diisi oleh kang Pa'i, narasumber : Gus Madun Lesbumi Blora dan Cak Rud : Simpul Maiyah Blora.

Sedangkan untuk penyelenggara dari Komunitas Bumi Budaya, dengan sponsor utama Badan Kerjasama PI Blok Cepu (BKS).

Ada beberapa tamu undangan, diantaranya : KH Basori, ketua MWC NU Kradenan, Gus Husein Al Muhammad, Mbah Asep (Kades Mojorembun), Stakeholder Desa Ngloram, Sesepuh Pinisepuh dari sekitar Desa Ngloram serta Tim Publikasi Perkumpulan Jurnalis Indonesia Demokrasi (PJI-Demokrasi) Kabupaten Blora.

Tema saat itu, "Memasa Depankan Masa Silam".

Acara dibuka oleh Totok Supriyanto selaku ketua panitia acara yang menerangkan tentang rangkaian acara yang sudah dilakukan di pagi sampai sore hari, untuk menginisiasi geliat kebudayaan di Situs Ngloram berupa pasar krempyeng dan Kirab Gunungan Banawa Sekar.

Menurut Cak Ruud, "Sejarah Kirab Banawa Sekar Merupakan tradisi di era kerajaan, yaitu dari raja persembahannya adalah berupa perahu dan beberapa macam sesaji ditutup dengan berbagai macam aneka macam bunga, maka dikenal dengan benowo sekar.

Dan kenapa lambangnya perahu dan kembang, itu karena Majapahit itu kan kerajaan, yang sebagian besar wilayahnya laut atau maritim, tetapi juga wilayah daratannya banyak, jadi memperpadukan antara laut dan darat, laut digambarkan dengan perahu, Benowonya itu, dan sekar itu lambang daratan, kembang kan tumbuhnya didaratan bukan dilaut.

Nah ini maksudnya apa, kalau kita mencari, istilahnya makna atau fisolofinya Majapahit dia mencapai kejayaannya, ketika bisa, mengelola antara kekuatan laut, dan kekuatan darat, antara sumber daya laut dan sumberdaya darat, karena, kalau negara maritim hanya mengurusi darat, maka lautnya akan terbengkalai, dan tidak bisa menjadi negara yang maju, begitu juga sebaliknya". Ungkapnya.

Sedangkan, menurut Gus Husein, bercerita tentang Sejarah Sunan Ngudung, "Saya pernah dengar, bahwa pada suatu waktu, Sunan Ngudung memang pernah bertempat tinggal di Ngloram, berapa lamanya, saya tidak tahu, tapi cerita itu ada dalam buku "atlas wali songo" karya agus sunyoto".

Dan usul saya, apa bila Situs Ngloram akan dibangun, sebaiknya memadukan 2 unsur, 1, dengan unsur nuansa Kerajaan, 2 unsur ke Walian/Religi". Jelasnya.

Gus Madon/M Dalhar Muhammadun, Ketua Lesbumi Kabupaten Blora yang juga sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Blora mengatakan, "Berbicara sejarah, tidaklah mudah, tapi juga tidaklah susah, bisa berdasar kitab/manuscrip/tutur tinular/meditasi, tergantung konteksnya". Jelasnya.

KH. Bashori, dalam kesempatan tersebut mengatakan, "Saya mempercayai bahwa Situs Ngloram, merupakan situs budaya yang penting, dan perlu untuk segera diperkuat dengan kegiatan-kegiatan budaya maupun kegiatan ekonomi yang nantinya bisa mengantarkan untuk dijadikan Situs yabg bernafaskan Religi, dengan seorang tokoh bernama Sunan Ngudung , yang merupakan ayah Sunan Kudus". Harapnya.

Ketua Perkumpulan Jurnalis Indonesia Demokrasi (PJI-Demokrasi) Kabupaten Blora, Suryono, "Saya hanya pesan kepada bapak Joko Handoyo yang merupakan salah satu dosen di STT Ronggolawe Cepu, untuk dapat membuat alat untuk mengolah biji kepoh untuk menjadi minyak, karena menurut teman saya yang saat ini sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai peneliti, katanya biji kepoh bisa diolah menjadi minyak.

Dan satu lagi, untuk Ketua Dewan Kebudayaan Blora/Ketua Lesbumi Kabupaten Blora, Gus Madun, mohon disampaikan ke pak bupati, agar Situs Ngloram segera dibuatkan SK Bupatinya". Ungkapnya.

Joko Handoyo, kemudian menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Suryono, Ketua PJI-Demokrasi Kabupaten Blora, "Betul, jika sudah dibuatkan SK Bupati tentunya akan dapat biaya perawatan, baik dari Desa, Kabupaten maupun sponsor, tapi yaitu, tentunya harus dimanagemen yang profesional". Jawabnya.

Pada Minggu, 20/11/2022, jam 20.00 - 21.00, media berusaha menemui salah satu aktivis/pemerhati budaya dari Komunitas Sejarah Cepu, H. Temmy Setiawan, tentang Sejarah Sunan Ngudung, "Ya, saya juga ada cerita, bahwa Sunan Ngudung, merupakan ayah dari Sunan Kudus, dan Pangeran Aryo Penangsang merupakan murid dari Sunan Kudus.

Dan, ternyata ayah P. Aryo Penangsang, Pangeran Surowiyoto, merupakan salah satu murid kinasih dari Sunan Ngudung, karena pada saat itu, Sunan Ngudung merupakan pilihan para Wali yang ditugaskan untuk Syiar di Ngloram.

Yang awalnya, diminta oleh Pangeran Surowiyoto untuk tinggal di Jipang, tetapi Sunan Ngudung lebih memilih untuk tinggal di Ngloram, dimana tempatnya tinggal / Bekasnya Kerajaan Wura Wuri, mungkin saat ini berada sebelahnya Situs Ngloram, dan yang Saat ini dipercaya sebagai makam, mungkin dulunya adalah tempat ibadahnya". Ceritanya.

Ditempat acara pengajian, yang berlokasi di Situs Ngloram, pada hari Minggu, 20/11/2022 jam 22.50 disampaikan Kyai Abdul Wahab Hasbullah juga mengatakan, "Ada kitab yang ditulis oleh Kyai Mustofa Bisri, bahwa Sunan Ngudung yang berasal dari Ngloram, pernah ziarah ke makam Sunan Ampel". Pungkasnya.

Senin, 21/11/2022, Kepala Desa Ngloram, Diro, menyampaikan, "Sekali lagi saya bersyukur acara kemarin sukses dan lancar, apalagi sudah semakin terang cerita Sejarah Situs Ngloram, yang didalamnya ada Sejarah Kerajaan Wura Wari dan Sunan Ngudung". Ungkapnya.
×
Berita Terbaru Update